Kami Hanya Ingin Kembali
Ya, kami pendosa. Pelaku maksiat. Kafir akan titahNya. Minuman kami haram. Perilaku kami terlarang. Arak bak air minum. Lendir bak sabun. Malam demi malam kami bergumul penuh fatsoen.
Tapi…
Bukankah itu masa lalu. Masa dimana kami jauh dari pendaran nurNya. Waktu dimana kami bersekutu dengan syaithon. Menyeruakkan birahi seolah tak kenal Ilahi. Menenggak minuman surgawi dunia laksana pelepas dahaga. Ditemani bidadari-bidadari malam penuh pesona.
Sang Kekasih memanggil kembali. Dengan cintaNya. Dibalut kasihNya. Titian kehidupan kami tak lagi sama.
Tapi…
Mengapa kalian wahai orang beriman. Manusia suci. Kalian tak berkenan pada kami. Menjaga jarak dengan kami. Sang Kekasih meminta kami bersama orang sholeh. Manusia beriman. Penuh amal kebaikan. Kalian enggan.
Entahlah…
Kami saksikan raut wajah kalian sinis. Senyum manis tapi penuh desis. Jika Sang Kekasih menerima. Mengapa kalian tinggalkan kami. Hindari kami. Jauhi diri kami. Begitu menjijikkankah kami bagi kalian wahai manusia beriman? Manusia suci penuh amal bajik.
Ketahuilah…
Kami memang pendosa. Pelaku maksiat. Namun, masa itu telah silam. Kini kami menatap masa depan. Taubatan nasuha di masa kini. Songsong cintaNya. Berbalut kasihNya.
Wahai kaum beriman dan manusia suci
Masihkah kami tampak penuh lumpur dosa? Enggankah dirimu menyapa? Takutkah kalian bersama?
Begitu banyak dari kami menjemput masanya. Merenggang nyawa.
Tahukah kalian kenapa?
Kami ketakutan.
Kami terancam.
Kami terisak. Tersedak. Tersiksa.
Mata nanar kalian begitu menyeramkan. Tak nampak wajahNya kami saksikan.
Jika demikian. Haruskah kami kembali pada jurang kekafiran. Pada jalan lain yang jua keliru. Mendahului tugas malaikatNya. Mengakhiri diri.
Kami tersiksa. Kami sekarat. Kami tersedak. Oleh apa? Wajah nanar, senyum sinis dan sikap apatis kalian kaum beriman. Manusia suci yang selalu hindari kami.
Jika Sang Kekasih berbelas kasih mengapa kalian pilih kasih?
Jika Sang Pencinta penuh sikap mesra lalu mengapa kalian kerap mendera?
Jika Sang Penerima Taubat berkenan mendekap lalu mengapa kalian mendebat?
Kami hanya ingin kembali.
Kami hanya butuh ditemani.
Bukan tiap hari.
Bukan karena iri.
Tapi bagi kami, kalian adalah pembimbing agar tongkat ini tak lagi mendekat pada jalan lama yang pekat
Sudikah?
SURABAYA
Jumat, 25 Maret 2016
Pukul 12.30 wib